Jumat, 16 Februari 2018

Simakrama dengan Sulinggih, Koster Bicara Gagasan Bung Karno dan Desa Adat

Simakrama dengan Sulinggih, Koster Bicara Gagasan Bung Karno dan Desa Adat

Pertemuan atau simakrama antara KBS Ace dengan sejumlah sulinggih dantokoh agama serta tokoh adat Bali |Foto : Istimewa|

Gianyar, koranbuleleng.com | Pasangan Cagub dan Cawagub PDIP, I Wayan Koster dan Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias KBS – Ace memilih bersilaturahmi dengan ratusan Sulinggih dan tokoh masyarakat di wantilan Desa Pura Samuan Tiga, Bedulu, Gianyar, Kamis 8 Februari 2018.
Dalam kesempatan itu, Koster menyempatkan diri untuk berbicara tentang konsep pembangunan Bali melalui Konsep Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Konsep  pembangunan ini merupakan gagasan dari Presiden RI ke-1, Soekarno.
Koster mengkau selama ini sudah sangat mempelajari Bali secara mendalam dengan berbagai referensi baik darisis sejarah, budaya, kelimuwan. Referensi tu diguankan untukmenata Bali kedepan dengan konsep dan gagasan Bung Karno.
“Merancang masa depan Bali dengan konsep Pembangunan Semesta Berencana lewat pendekatan secara menyeluruh berangkat dari pengalaman sejarah Bali tempo dulu dan perkembangan masa kini.” kata Wayan Koster.
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam membangun Bali, menyangkut alam, manusia dan kebudayaan.  Ketiga komponen itu sangat penting untuk dianalisis dengan konsep Hindu, memperhatikan atita (masa lalu) , anagata, (masa kini) dan wartamana,(masa depan).
“Yang harus diproyeksikan dalam membentuk masa depan, seperti apa orang Bali, seperti apa masyarakat dan kebudayaan Bali, ” katanya menegaskan.
Dalam simakrama itu turut hadir diantaranya Ketua Tim Pemenangan Paslon Wayan Koster dan Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (KBS-ACE) Nyoman Giri Prasta,  Tokoh PDI Perjuangan Nyoman Adi Wiryatama, petugas partai lainnya seperti Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Ketua DPC PDIP Tabanan Komang Gede Sanjaya, Ketua DPC PDP Gianyar, Made Agus Mahayastra dan Ketua DPC PDIP Buleleng Putu Agus Suradnyana.
Koster melanjutkan, meminjam istilah ajaran Bung Karno, dalam rangkaian ideologi, bagaimana masyarakat diharapkann bisa tergerak untuk melakukan sesuatu. Suasana baru itulah yang dinamakan dialektika.
” Ini semua harus dijaga dengan baik, jika dibiarkan maka masa depan anak, anak akan rusak, ” demikian Koster.
KBS ACE Konsisten Perkuat Eksistensi  Desa Adat
Cagub I Wayan Koster menegaskan dirinya bersama Cok Ace dengan tegas akan mempertahankan eksistensi desa adat di Bali.
Masyarakat Bali memiliki karakteristik berbeda dengan masyarakat lainnya di Tanah Air karena kehidupannya senantiasa bersandarkan pada ajaran Hindu, adat dan budaya serta keseimbangan alam.
“Masyarakat Bali di tengah kemajuan teknologi, tetap memiliki keadaban dan estetika yang bersumber dari adat istiadat dan kearifan lokal,” tegas I Wayan Koster saat simakrama dengan ratusan kader, warga, tokoh agama dan masyarakat lainnya di Wantilan Jaba Samuan Tiga, Bedulu, Blahbatuh, Gianyar.
Menurut politisi asal Desa Sembiran, Buleleng ini, cara hidup masyarakat Bali sudah diatur oleh desa adat melalui awig-awig dan perarem, sebagai satu kesatuan hidup dalam komunal.
Koster di DPR RI telah membuktikan perjuangannya untuk menjaga eksistensi UU 16 Tahun 2014 tentang Desa, secara langsung turut terlibat dalam memperjuangkan eksistensi desa adat. Dia memasukkan ketentuan dalam BAB 13 UU tentang desa adat.
Kemudian, adanya polemik tentang desa adat dan desa dinas di Bali, yang kemudian diberikan kewenangan berbeda untuk dilaksanakan. Akhirnya, baik desa dinas dan adat masing-masing memiliki aturan tersendiri.
“Keberadaan desa adat harus diperkuat, ini saya perjuangkan betul,” tandas Koster yang Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu.
Dalam desa adat, secara jelas mengatur bagaimana sistem subak atau sistem pertanian unik di Bali dan seterusnya. Demikian pula, dengan kebudayaan yang menjadi bagian penting bagi masyarakat Bali.
Budaya sudah menjadi keseharian masyarakat Bali. Orang Bali tak bisa dilepaskan dari budaya yang menjadi bagian hidup sehari-hari mereka. Setiap hari, orang Bali bersentuhan bergumul dengan seni budaya dengan ciri masing-masing di setiap daerah.
Masyarakat Bali juga menyatu dengan alam. Hal ini berbeda dengan daerah lainnya di Nusantara, bahkan Koster menyebutkan, cara hidup semacan ini hanya ditemukan di Pulau Seribu Pura.
Karena keterkaitan dengan alam itulah, maka manusia Bali harus seirama dengan alam. Diistilahkan, bagaimana orang Bali bisa menjalani hidup yang menghidupi atau urip yang menguripi.
“Masyarakat Bali sangat menghormati alam, manusia harus seirama dengan alam,” demikian Koster membeber filosofi hidup di Bali. |Np
sumber:http://www.koranbuleleng.com/2018/02/08/simakrama-dengan-sulinggih-koster-bicara-gagasan-bung-karno-dan-desa-adat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mulai Klub Vespa hingga Banjar Kompak Dukung Koster-Ace dan AMAN

Mulai Klub Vespa hingga Banjar Kompak Dukung Koster-Ace dan AMAN 20 Februari 2018 Klub penggemar Vespa mendukung Koster-Ace dan Paket...